February 14, 2013

Chef Juna: Waktu Muda Saya Nakal Banget



Kemahirannya memasak di hadapan banyak orang ditambah tampangnya yang tampan hampir menutupi 'keburukan' yang pernah dilakukan oleh Juna Rorimpandey atau yang lebih dikenal dengan sebutan Chef Juna. Lelaki 37 tahun yang memandu acara Master Chef itu punya latar belakang kehidupan yang kelam.
“Waktu muda itu saya nakal banget sampai harus kabur ke Amerika dan lain sebagainya. Nakalnya bukan nakal lagi, sudah masuk kriminal  waktu itu. Tapi, ya, biarkanlah, kita lewatkan yang itu,” tutur Juna saat berbincang dengan tabloidnova.com di ballroom Kompas Gramedia, Kebon Jeruk, Jakarta barat, Kamis (31/1).

Juna tak mau mengungkapkan kenakalan yang ia lakukan. Hanya saja, mantan kekasih Aline Tumuan itu pernah menyerah lantaran hampir tertangkap oleh pihak kepolisian atau meninggal akibat over dosis obat-obatan terlarang.

“Saya waktu itu bandel banget, pilihannya cuma dua, saya bakal dipenjara seumur hidup atau  bakal mati OD (over dosis) di suatu tempat. Anehnya, pagi hari saya bangun cuci muka rasanya fresh banget pikiran. Sepertinya hal negatif ini enggak akan berlangsung lama, berawal dari situ,” ceritanya.
Juna yang saat itu berusia 22 tahun mempertaruhkan nasibnya dengan hengkang ke Amerika tanpa perbekalan yang baik. Bermodalkan uang seadanya ditambah sebuah tas, ia kabur dan menetap di sana. Di negeri Paman Sam itulah ia memulai kehidupan baru.
“Itu pelajaran hidup buat saya yang sangat bagus karena pada akhirnya umur 22 saya cabut ke Amerika dengan modal backpacker. Cuma bawa satu tas, benar-benar sendiri, tidak ada saudara, tidak ada orangtua, karena memang ingin membenahi hidup saja sih di sana,” tukasnya ramah.

Sumber: http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Aktual/Chef-Juna-Waktu-Muda-Saya-Nakal-Banget


February 11, 2013

Hidup adalah Proses Belajar


Kita pernah "DILUKAI"

Dan mungkin pernah "MELUKAI"
Tapi karena itu kita BELAJAR tentang bagaimana cara menghargai, menerima, berkorban dan memperhatikan.

Kita pernah "DIBOHONGI"

dan mungkin pernah "MEMBOHONGI"
tapi dari itu kita belajar tentang KEJUJURAN.

Andaikan kita tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup ini, mungkin kita tidak pernah belajar arti diri MEMINTA MAAF dan MEMBERI MAAF.

Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali.

Namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan,..
yaitu BELAJAR dari masa lalu untuk hari ESOK yang lebih baik.

Hidup adalah proses.
Hidup adalah belajar.
Tanpa ada batas umur.
Tanpa ada kata tua.

JATUH, berdiri lagi.
KALAH, mencoba lagi.
GAGAL, bangkit lagi.
Sampai tiba dipanggil:
"Waktunya PULANG"


February 9, 2013

Penantian Panjang Cinta


Demi kekasihnya yang sekarat, seorang wanita rela menjadi seekor kupu-kupu untuk menyelamatkan jiwanya. Penantiannya yang panjang justru membalikkan kisah cinta mereka menjadi kesedihan.

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain. Namun pada suatu hari, malang.. Sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien. Beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasihnya yang tidak sadar sedikitpun.

Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari. Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira. Namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu Ia memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya.

Tuhan bertanya kepadanya, "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?" Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab, "Ya". Tuhan berkata, "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini, apakah kamu juga bersedia?" Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti, ia menjawab, "Saya bersedia!"


Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat, terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? Hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang & hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri & mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan. Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang. Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala dan sebagainya.


Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yg pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan wanita itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat embusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini.


Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam gereja kecil telah di penuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang berada di bawah, berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan, "Saya bersedia menikah dengannya!"

Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu. Dengan pedih hati, Tuhan menarik napas, "Apakah kamu menyesal?" Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya, "Tidak" Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan, "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri" Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya: "Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup"

ADA BEBERAPA KEHILANGAN MERUPAKAN TAKDIR. ADA BEBERAPA PERTEMUAN ADALAH YANG TIDAK AKAN BERAKHIR SELAMANYA. MENCINTAI SESEORANG TIDAK MESTI HARUS MEMILIKI, NAMUN MEMILIKI SESEORANG MAKA HARUS BAIK-BAIK MENCINTAINYA.


Ketika Hati Merapuh


"Guru, aku rapuh… hidupku tak berguna… laksana daki… aku hanya mengotori…"
"Laksana pohon… batang dahanku merapuh mati"
"Aku ingin bunuh diri!"
Demikian Murid terisak didepan sang Guru yang diam duduk bersila menikmati segelas kopi tubruk nan nikmat disebuah ruangan yang temaram.

Sang Guru bangkit mengambil aquarium kecil disudut ruangan yang berisi dua ekor ikan

Satu ekor berwarna keemasan dan seekor ikan putih yang terlihat biasa karena ikan tersebut memang ikan yang biasa hidup di persawahan

Lalu dituangkan beberapa tetes tinta hitam kedalamnya,Hing

­ga air berubah warna menjadi pekat dan hitam. Ikan kecil itu perlahan mulai terlihat kebingungan. Bahkan ikan yang keemasan terlihat sempoyongan. Berjalan kehilangan arah… kesana kemari
Menggelepar kehabisan oksigen. Hingga pingsan

"Muridku… hati dan pikiranmu adalah laksana ikan dalam air hitam ini…"

"Gelap, pengap, sempit menyesakan"
"Ketika dalam gelap dunia terasa sejengkal lebarnya"
"Ketika dalam pengap serasa hidup tak berdaya… tanpa pilihan"
"Ketika pikiran sempit… hati kita tumpul… jiwa kita merapuh"

Dengan perlahan Sang Guru mengambil teko besar berisi air putih jernih. Dituangkannya ke dalam akuarium yang berwarna hitam itu

Sehingga perlahan warna hitam air tersebut terus memudar
Terus dituang bahkan hingga air di aquarium melimpah
Terus dituang hingga air didalam aquarium menjadi kembali jernih dan bening. Menyisakan ikan putih yang kembali segar berenang dengan riangnya….

"Muridku… penuhi jiwa dan hatimu dengan kebaikan dan limpahilah dengan syukur …"

"Lupakan segala kesulitan, kemalangan, kegelapan yang ada"
"Syukurilah kemudahan yang ada"
"Fokuslah pada kelapangan bukan pada kesempitan"
"Hitunglah keberuntungan dan lupakanlah kemalangan"
"Limpahkanlah perasaan syukurmu dengan menebar kebaikan ke sekitarmu"
"Penuhi hatimu dengan perasaan syukur maka perlahan hatimu terpenuhi syukur"

Murid bertanya: "Guru, aku sulit merasakan syukur"

Sang Guru menjawab : "Cukup perbanyak berbuat kebaikan maka hatimu akan belajar bersyukur"

Murid bertanya: "Guru, aku lemah dan tidak bisa bersabar"

Sang Guru menjawab : "Jadilah ikan sawah yang di asah oleh kesulitan hidup" "dan menjadikan setiap kesulitan hidup adalah bagian dari proses menuju keberhasilan"

Murid bertanya: "Guru, aku masih dalam kegelapan"

Sang Guru menjawab: "Jadilah Cahaya!"
"sekecil apapun, jadilah cahaya bagi sekitarmu"
"terbarkanlah kebaikan….!"
"maka perlahan kegelapanmu akan sirna, karena kamu sudah menjadi cahaya"

Jadilah cahaya terang di tengah kegelapan..


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...