May 14, 2015

Ucapan Suami yang Setia Saat Mabuk


Seorang suami menelepon istrinya karena ia harus pulang terlambat. Bos di tempat kerjanya mengajak keluar bersama klien. Sebenarnya ia tidak ingin ikut, namun bagaimana lagi. Di acara tersebut, pria ini sebenarnya menolak untuk minum alkohol. Namun satu gelas basa-basi itu terasa nikmat, sehingga ia minum lagi dan lagi. Maka ia pun pulang dalam keadaan mabuk berat.

Sesampainya di rumah, istrinya sudah menunggu. Layaknya orang mabuk, pria ini berjalan linglung, menabrak beberapa perabot sampai pecah. Dan yang paling buruk adalah ia mabuk hingga muntah. Lantai pun jadi kotor dan sang istrilah yang membersihkan semua itu serta pakaiannya.

Keesokan harinya, saat ia bangun, pria ini teringat bahwa ia pulang mabuk dan mengotori rumah. Ia sudah berpikir bahwa istrinya pasti akan jengkel dan marah. Dalam hatinya, pria ini berharap agar tidak terjadi pertengkaran di pagi hari ini.

Namun, alangkah kagetnya pria ini karena ia mendapati meja penuh dengan makanan enak, dan lengkap dengan sebuah notes kecil. "Sayang, sarapan kesukaanmu sudah siap di meja. Aku pergi ke pasar dulu. Aku akan pulang secepatnya sambil berlari, Sayang. Aku mencintaimu," begitu isi suratnya.

Ia terkejut dan bertanya pada anak lelakinya, "Tadi malam apa yang terjadi?"

Anaknya menjawab, "Waktu ibu mau membawa ayah ke ranjang dan mencoba melepas sepatu serta pakaian ayah, ayah mabuk berat sambil berkata, 'Hey perempuan! Tinggalkan aku sendiri! Aku sudah menikah!'"


Mendengar cerita ini, pria itu tersenyum namun juga tersipu malu. Pantas saja istrinya jadi begitu penyayang dan romantis. Namun ia jadi malu sendiri karena istri dan anaknya pasti tertawa mendengar apa yang ia katakan. Walau memang benar, ia sangat mencintai istri dan keluarganya.



May 11, 2015

Everyone is Important


Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

"Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?" tanya si pemuda.
"Oh.. Saya mau ke Jakarta terus connecting flight ke Singapore nengokin anak saya yang ke-dua" jawab ibu itu.
"Wow... Hebat sekali putra Ibu" sahut pemuda itu dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu, pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

"Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang ke-dua ya Bu? Bagaimana dengan kakak-adiknya?"
"Oh ya tentu.." si Ibu bercerita: "Anak saya yang ke-tiga seorang dokter di Malang, yang ke-empat kerja di Perkebunan di Lampung, yang ke-lima menjadi arsitek di Jakarta, yang ke-enam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke-tujuh menjadi dosen di Semarang."

Pemuda tadi diam. "Hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh" batinnya.

"Terus bagaimana dengan anak pertama Ibu?"


Sambil menghela napas panjang, Ibu itu menjawab, "Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja, nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar"

Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu, sepertinya Ibu agak kecewa ya dengan anak pertama Ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani?"

Dengan tersenyum Ibu itu menjawab, "Ooo... tidak... tidak begitu, nak. Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"







Pelajaran hari ini:

Percayalah, setiap orang di dunia ini adalah orang penting. Tidak ada orang yang tidak berguna. Semuanya punya kelebihannya masing-masing.


Buka mata, hati, jiwa dan cara pandang Anda. Kita tidak dapat mengambil suatu kesimpulan sebelum kita mengetahui seluruh ceritanya. Yang terpenting adalah bukan siapa Anda tetapi apa yang telah Anda buat.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...