Ajang MasterChef Indonesia merupakan kompetisi untuk mencari koki amatir terbaik di negeri ini. Menurut dua jurinya, banyak hal harus dilakukan untuk menjadi koki profesional.
"Tidak semudah itu (MasterChef Indonesia) menjadi koki yang bekerja di dapur profesional. Semuanya pasti mulai dari bawah, mulai dari mengepel atau mencuci piring," kata Chef Juna Rorimpandey, usai jumpa pers "MasterChef Indonesia Season 2" di Hard Rock Cafe, Jakarta, belum lama ini.
"Jadi chef itu sebenarnya kutukan, lho. Anda harus siap mengorbankan hidup dan hubungan dengan teman atau kekasih demi pekerjaan ini," tandasnya.
Chef Juna sendiri telah berkarier sebagai koki di Amerika Serikat selama 13 tahun. Selama itu pula dia harus melewatkan banyak hari libur seorang diri.
"Hari Natal, Tahun Baru, Valentine, tidak ada waktu untuk merayakan hari-hari tersebut karena kita sibuk membuat masakan untuk orang lain," ujarnya. "Karena itu, yang mau jadi chef harus ditanya dulu, siap tidak berkorban? Siap tidak bekerja 14-16 jam setiap hari?," tukasnya.
Pernyataan Chef Juna diamini oleh juri baru MasterChef Indonesia Season 2, Chef Degan. Menurut chef yang mengawali karier di Jerman ini, bekerja di dapur profesional layaknya masuk lingkungan militer.
"Banyak yang mengatakan, orang yang bekerja sebagai chef pasti temperamennya tinggi. Sebenarnya bukan itu, tapi menjadi chef butuh disiplin yang sangat tinggi, jadi kita memang harus 'keras'," sahutnya pada kesempatan yang sama.
"Seperti dalam militer, berada di dapur profesional itu butuh disiplin yang sangat tinggi. Tekanannya juga luar biasa karena dituntut untuk menghasilkan makanan berkualitas tinggi dengan ketepatan waktu yang akurat," tandas chef yang sudah berkarier selama 30 tahun ini.
Sumber: www.okefood.com
No comments:
Post a Comment