October 8, 2015

Ibu Yang Bisu dan Putrinya


Pada sebuah desa, ada seorang ibu dan anak yang hidup dalam sebuah rumah kumuh. Ibunya ini seorang yang bisu, namun putrinya sangat pintar. Suatu saat teman-temannya bertanya kepadanya kenapa dia tidak bersekolah sampai sekarang. Putrinya ini pun langsung berlari pulang ke rumah kumuh tempat dia tinggal dan minta agar bisa disekolahkan oleh ibunya.

Pada hari berikutnya, sang ibu pun membawa putrinya pergi sekolah, tetapi karena rumah mereka tersebut tidak mempunyai alamat yang jelas, pihak sekolah tidak berani menerima putrinya sebagai murid disana. Sang ibu pun memohon hingga berlutut dan menangis kepada para guru disana, tetapi para guru yang disana pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ibu dan putrinya ini pun akhirnya pulang ke rumah mereka lagi.

Pada suatu hari ketika ibu dan anak ini pergi memungut barang bekas, sang putri berhenti di depan sebuah rumah dan mendengar adanya alunan piano yang sangat indah.

Ketika sang putri berusaha mendekati rumah ini sampai ke pintu gerbangnya, tidak disangka ada seekor anjing yang langsung menggonggong ke arah putrinya. Sang ibu yang melihatnya pun langsung berlari menuju putrinya dan mengusir anjing tersebut dengan kereta dorong yang dimilikinya. Tetapi anjing tersebut malah terluka oleh kereta dorong sang ibu dan akhirnya membuat sang pemilik rumah pun keluar dari rumah dan langsung menahan kedua ibu dan anak ini di dalam rumahnya.

Tetapi ternyata sang pemilik rumah tersebut adalah seorang guru seni di sebuah sekolah swasta di kota. Guru ini pun bertanya berapakah usia putri ibu tersebut, siapa namanya, tetapi sang anak tidak tahu sama sekali karena ibunya tidak pernah memberitahunya sama sekali. Guru itu pun langsung mengatakan, "Kalau begitu, aku akan memberikanmu nama, putrimu bernama Lili dan ibu bernama Meimei." 

Guru ini pun menggunakan bahasa tubuh untuk berbicara kepada ibunya supaya dia membiarkan putrinya tinggal disana untuk belajar biola bersamanya. Sang ibu ini pun langsung meneteskan air mata dan berlutut di hadapan guru tersebut dan langsung pergi meninggalkan mereka.

Setelah lewat tak berapa lama, mama Lili ini pun memberikan uang sebanyak 1 juta kepada sang guru sebagai biaya uang sekolah anaknya yang didapatinya dari barang-barang bekas yang dipungutnya. Mama Lili dan sang guru pun sama-sama meneteskan air mata, tetapi guru ini tidak tega untuk menerima uang dari mama Lili ini. Dia pun memastikan sang anak bisa meneruskan sekolah sampai tamat SD.



Setelah setahun berlalu, Lili pun mengikuti kontes seni dalam daerahnya dan berhasil memenangkan kontes solo tersebut. Dia bahkan mendapatkan sorak-sorai dari para penonton yang menyaksikan penampilannya. Pada saat itu, ada seorang yang melihat Lili dari kejauhan sambil menenteng barang bekas yang dipungutnya, yang tidak lain tidak bukan adalah ibu Lili sendiri.

Setelah saat itu, Lili pun semakin mendalami biola yang dipelajarinya. Dia pasti akan memenangkan juara pertama pada setiap kompetisi yang diikutinya. Sang ibu pun akan selalu melihat anaknya dari kejauhan ketika dia menerima penghargaan tersebut. Sejak saat itu, Lili pun akhirnya menjadi seorang ahli biola dan mengharuskan Lili untuk pergi ke kota yang lebih besar supaya dia lebih bisa mengembangkan bakatnya lagi disana.

Sang ibu pun menunjuk jarinya ke arah langit lalu menepuk-nepuk pundak anaknya. Lili mengerti apa yang dikatakan ibunya. "Kamu harus menggapai cita-citamu setinggi langit, mama akan mendukungmu."

Di kota, Lili tidak hanya mendalami biola, dia juga mendapatkan pemasukan dari les yang dia ajarkan. Lili membawa ibunya untuk tinggal bersamanya, tetapi karena sang ibu tidak terbiasa dengan lingkungan disana, diapun kembali ke rumah kumuh tempat mereka tinggal dulunya. Ketika hendak pergi, sang ibu pun berkata dengan bahasa tubuh kepada anaknya, "Jangan merindukan ibumu ini ya, belajarlah biola dengan baik. Jika kamu bisa sukses, mama juga akan bahagia."

Setelah beberapa tahun, Lili pun mengikuti beberapa kontes dan terus memenangkannya. Dia pun tiba-tiba teringat akan ibunya yang sudah tidak dikunjunginya selama setengah tahun. Dia pun langsung pergi mencari ibunya untuk memberitahu kontes yang sudah dimenangkannya.

Tetapi ketika dia kembali ke rumah kumuh tersebut, mamanya sudah tidak ada lagi disana. Dia telah meninggal dunia dan meninggalkan penyesalan dan air mata dalam hatinya Lili.

Lili pun menyadari ada sesuatu dalam karung barang bekas yang sering dipakai oleh ibunya tersebut. Dia menemukan ada sebuah foto dan surat yang menguning di dalamnya. Dia baru menyadari bahwa dirinya adalah anak yang dipungut oleh ibunya ketika ibunya mengemis di jalan dari surat yang ditemukannya.Pada saat itu, dia langsung menangis dan berseru memanggil "mamanya" kembali..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...